Minggu, 23 Oktober 2016

Defragmenting Struktur Berpikir Pseudo dalam Memecahkan Masalah Matematika

Defragmenting Struktur Berpikir Pseudo dalam Memecahkan Masalah Matematika
By:" Kadek Adi Wibawa"
Published on 2016-03-15 by Deepublish

Buku ini merupakan hasil penelitian yang dikembangkan dan telah “dipoles” oleh penulis agar menjadi bahan bacaan dan rujukan yang bisa diterima oleh para pembaca. Buku ini berisi 10 bab, yang penulis jabarkan dari bab 0 sampai bab 9. Isi pada bab 0 adalah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian proses berpikir, mengapa melakukan penelitian proses berpikir, apa dampaknya bagi penulis, apa semangat penelitian proses berpikir, dan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan. Selain itu, penulis juga menceritakan pengalaman bagaimana instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data “ditolak” atau dinyatakan tidak valid oleh validator. Semangat apa yang harus kita miliki jika berada pada situasi seperti itu?. Pada bab 1, penulis memaparkan tentang teori berpikir pseudo . Apa itu berpikir pseudo ?. Bagaimana contohnya dalam pembelajaran dikelas dan kehidupan sehari-hari?. Mengapa berpikir pseudo penting untuk diteliti?. Bab 2, berisi semangat defragmenting sebagai upaya tindak lanjut yang dilakukan penulis setelah menemukan sumber masalah siswa ketika kesulitan dan salah dalam memberikan jawaban. Defragmenting yang merupakan istilah serapan dari dunia komputer coba dipadukan dengan istilah yang sudah mempuni di bidang pendidikan yaitu re-strukturisasi. Dan Mengapa defragmenting pada komputer masuk akal ( m a k e s e n s e ) untuk dibawa ke dunia pendidikan?. Bab 3, merupakan pemaparan penulis terkait materi yang diangkat untuk mengungkap terjadinya berpikir pseudo . Bagaimana proses terjadinya berpikir pseudo -benar dan pseudo -salah pada siswa ketika memecahkan masalah limit fungsi. Materi limit fungsi merupakan kajian vii yang penting, dasar dari bidang kalkulus, akan tetapi banyak penulis yang menemukan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal terkait limit fungsi. Pada bab 4, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam mengungkap proses berpikir siswa. Metode yang banyak digunakan adalah think out loud ( think aloud ), metode ini merupakan yang terpenting dalam proses pengambilan data yang dilakukan. Penulis juga coba untuk memaparkan penelitian “kualitatif murni” yang berdasar pada kemampuan penulis untuk memaparkan data secara deskriptif dan argumentasi yang berdasar. Pada bab 5, penulis memaparkan bagaimana proses terjadinya berpikir pseudo berdasarkan empat langkah Polya. Teori apa saja yang ditemukan penulis dari pengungkapan proses berpikir yang dilakukan. Pada bab 6, penulis mengembangkan teori yang ditemukan pada materi lain. Bagaimana pengalaman penulis ketika membina olimpiade sering kali menemukan pola-kesalahan yang terjadi. Bab 7, merupakan rasionalitas istilah defragmenting dapat diterjamahkan dalam mengintervensi siswa ketika salah dalam memberikan jawaban. Defragmenting struktur berpikir dipaparkan berdasarkan data-data yang ditemukan. Pada bab 8, penulis memaparkan efektifitas defragmenting yang dilakukan dengan memberikan soal yang “sejenis” pada siswa setelah dilakukan defragmenting . Pengungkapan efektifitas ini dilakukan guna memberikan bukti bahwa defragmenting merupakan upaya penataan yang lebih dari sekedar membantu siswa menemukan jawaban yang benar. Dan Bab 9 atau bab terakhir lebih pada pengembangan defragmenting struktur berpikir, dimana penulis bertanya, “apakah mungkin defragmenting dilakukan oleh diri sendiri?” kalau mungkin, teori-teori apa saja yang mendasari.

This Book was ranked 25 by Google Books for keyword buku kurikulum 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar